Kacamata
Aku memandangmu tidak terlalu jelas, hanya bayang semu. Kau dekat tapi aku merasa jauh, kini kau menjauh aku semakin merasa kehilangan. Aku tahu siapa dirimu yang dulu, begitu indah dimataku. Namun aku sadar itu dulu saat aku tidak bisa melihat jelas tentang dirimu, kini aku memakai kacamata. Mungkin kacamata ini membuat aku bahagia karena bisa melihat dunia lebih jelas, tapi aku menyesal karena kacamata ini telah membuka semuanya bahwa memang benar kau hanya bayanganku. Kau tak nyata, sama seperti tulisan-tulisan, gambar-gambar yang selama ini ku lihat. Lebih baik aku harus buta akan tulisan, gambar, atau langit. Daripada harus tahu semua kenyataan ini.
Diruang sidang begitu panas, semua beradu pendapat, siapa yang lebih cepat dia akan mendapat kesempatan berbicara, kadang yang mereka bicarakan tidak terlalu penting, hanya omong kosong. Mereka yang memakai “kacamata” adalah kami rakyat. Kami memakai kacamata karena kami tahu. Apakah mereka yang disana memakai kacamata juga? Jika iya apakah mereka bisa berpendapat tentang diri mereka dari sudut pandang yang sebenarnya? Mulai sekarang pakailah kacamata yang terbuat dari fikiran cerdas, hati nurani, dan sikap teladan.
Musik, semua jenis musik ada di Indonesia, mulai dari Rock, POP, Jazz, Dangdut, Metal, Hip-hop, Melayu, Kroncong, dan masih banyak lagi. Tapi tahukah anda ada satu yang membuat saya ingin muntah ketika saya menyebut “ music of Indonesia “ bukan karena apa-apa, tapi karena individualisnya mereka. Mengatas namakan salah satu aliran musik, kacamata jenis apa yang mereka pakai? “ gue gak suka tuh lagu-lagu yang cengeng “ terlalu munafik, yah menyukai salah satu jenis musik memang tidak salah. Tapi apa yang salah? Pemikiran mereka. Mereka terlalu melihat segalanya oleh zaman. Kacamata yang mereka punya bermerk “ zaman dan trend “ lalu, kacamata apa yang harus dipakai oleh mereka atau para produser? Jawabannya “ kualitas “ , kacamata yang bermerk “ kualitas “ jauh lebih bagus dan tahan lama.
No comments:
Post a Comment