Dengan mahkota merah ia mendekatiku. membawa setangkai bunga mawar. aku terjatuh, melihat disekitar tak ada hembusan nafas manusia. bagai terkontaminasi virus aku lemah tak berdaya.. sayang, semua itu hanya bagian dari adegan sandiwara yang aku lakoni.
malampun datang, seolah mendekat pada bulan ku berjalan tanpa tujuan. "andai ia masih disini" keluhku dalam hati. saat itu angin sangat kencang, aku kedinginan, tak ada jacketnya yang menghangatkan tubuh kecilku ini. jarak gedung seni menuju rumahku hanya 1Km, tapi entah mengapa bagaikan 20Km.
***
"huh.. inikah nasibku? begitu berat jalan cerita hidupku. berbeda dengan peranku" ucapku dengan nada marah dan menyesal. sampai saat ini aku tak mengerti apa yang sudah ku sesali. seharusnya aku bersyukur karena tidak terlalu jauh berhubungan dengan dia, tapi.. yasudahlah. itu hanya masa laluku. hanya sekedar mengingat semuanya, ketika aku sedang bahagia dia setia disisiku, saatku sedang sedih dia ikhlas mendengarkan cerita sedihku.
tanpa terasa, pagi kembali datang. 7 hari menuju pentas, aku merasa tidak mampu. "hmm aku berperan yang bukan peranku" jika hidup bisa ku pilih sandiwara ini akan ku jadikan jalan hidupku, tak akan kubiarkan kisah hidupku yang sebenarnya menyentuh diriku ini.
sepasang sepatu balet ini hanya properti, walaupun ini hanya properti tapi akan kujadikan kenyataan. yaa. betul, meskipun mama tak akan mengizinkan aku untuk ikut balet. "ah, lagi-lagi aku ingin terus berperan, aku hanya ingin bersandiwara"
***
lelah sekali hari ini, dengan tidur mungkin bisa membuatku lebih bahagia. "Tuhan, sebentar lagi pentas seni akan berlangsung, itu artinya hidupku sebagai tuan putri akan segera berakhir? Tuhan andai hidupku bisa seperti peranku." itulah yang selalu aku ucapkan sebelum tidur, entah itu doa atau sebuah bentuk penyesalan. 3 hari berlalu dan seperti hari-hari sebelumnya, selalu sepi, dan lelah.
Kini hari yang aku tunggu-tunggu datang, oh tidak aku sama sekali tidak menginginkan hari ini. langkah kakiku ragu sekali untuk masuk keatas pentas, Tuhan andai bisa waktu diperlambat, atau bisakah kau hilangkan hari ini? aku sangat gugup, tak terlewatkan lagi keringat dingin membanjiri badanku.
***
perlahan aku masuk, "janeee...." terdengar suara mama, semoga ini bisa membuatku semangat. selama kurang lebih 2 jam aku melakoni peranku sebagai tuan putri yang cantik, baik, kaya, dan memiliki pangeran yang tampan, romantis, nyaris sempurna. tiba-tiba... "JANEEE" tidak suara itu, aku tau suara itu. semuanya diam, dan tertuju pada satu titik. dengan rasa takut aku menoleh kepadanya, sandiwara inipun hancur. aku berlari menuju lorong bawah tanah. tempat yang ku fikir paling aman untuk lari dari hadapannya. namun, "jane.." ucapnya. "tidak, lebih baik kau pergi aku tidak mencintaimu lagi." ucapku sambil menutup wajahku, "jane aku tau kau begitu benci padaku, semenjak kau tau bahwa aku seorang homoseksual" ucapnya dengan nada menyesal. ya dia adalah robby, seseorang yang tadi kuceritakan. ia adalah kekasihku, selama 3 tahun kami bersama aku sama sekali tidak merasa ada yang aneh. namun, setelah pengakuannya itu yang membuat semua berubah. pahit bukan hidupku?
***
"janee, seharusnya kau tahu bahwa semua ini sudah lama. 1 tahun kita berpisah, itu waktu yang lama untuk aku merenung. lupakan semuanya jane, aku sudah berubah, aku sudah tak seperti itu" kata robby dengan nada meyakinkanku. akupun hanya bisa menangis, sejujurnya akupun masih menyimpan perasaan kepadanya. "robby, aku tak tahu harus bagaimana lagi, setelah kau pergi hidupku bagai "penyesalan" semua yang aku lakukan selalu ku sesali. entah apa yang membuat semua seperti ini" ucapku sambil berbisik lirih. "jane, maafkan aku, semua ini salahku" robby memeluku erat. aku seperti terbius, angan-anganku terbawa lagi. ingatanku kembali seperti 4 tahun yang lalu, saat pertama berjumpa dengannya.
***
"janee" itu suara mama, pasti dia mencemaskanku. "mama..." aku berlari meninggalkan robby, dan menghampiri mama. "jane, syukur kamu tak apa-apa. robby mana? dia sudah membuat semuanya berantakan, mama tak akan memaafkannya" kata mama dengan kesal. aku hanya bisa diam, dan menoleh kelorong, tapi.. robby menghilang. untung saja ia sudah pergi, kalau tidak mungkin dia sudah habis kena pukul mama yang seorang guru karate.
***
waktuku terbuang sia-sia, hari ini aku sangattttt sedih, kesal sudah pasti. tapi aku masih memikirkan robby. kini robby menghilang (lagi) ya, dia bukan saja memberiku cinta, tapi membuat aku tak bisa tidur memikirkannya. robby, apa benar kau sudah berubah?
- to be continue -