Sunday, May 15, 2011

Gadis itu


   Hari-hari terus berlalu tanpa pernah ku menoleh kebelakang. Sempat ku bertanya, “mungkinkah esok akan berubah?” ternyata tidak. Hingga saat ini tak pernah ada perubahan, selalu sama seperti hari-hari yang lalu. Mungkin hari ini tidak, tapi besok siapa tahu. Sejenakku menghibur diri dengan tersenyum, namun terkadang untuk tersenyum sangat sulit jika tanpa membayangkan wajahmu. Ini bukan sekedar fiktif belaka yang hanya ditulis untuk menghibur hati-hati yang terlupakan, ini kisah nyata dari seorang gadis remaja yang setiap hari berharap datangnya seseorang yang ia inginkan.
   6 tahun yang lalu ia merasakan “cinta”. Cinta pertamanya jatuh kepada seorang laki-laki yang tidak begitu istimewa, jujur saja laki-laki itu hanya orang biasa. Wajahnya pun tidak lebih baik dari artis yang sedang beken saat itu seperti Nicholas saputra, namun namanya cinta dari siapa untuk siapa tidak ada yang perduli.  Pandangan gadis itu tertuju pada senyumannya, begitu manis. Tersimpan dalam fikirannya yang masih cukup lugu tentang laki-laki itu, sikapnya yang ramah membuat gadis itu nyaman. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun demi tahun terlewat dengan begitu saja. Hanya 1 yang gadis itu tidak bisa lupakan tentang laki-laki itu, yaitu tentang kebodohannya. Andai saja saat itu ia tak melakukan kesalahan, pasti saat ini laki-laki itu sudah menjadi miliknya.
   Melupakan laki-laki itu bukan suatu hal yang sulit, kalo saja ia mau. Entah apa yang membuat ia sulit melupakan laki-laki itu, apa mungkin karna cinta? Rasanya terlalu berlebihan jika disebut cinta mati. Sampai saat ini ia belum pernah pacaran, bahkan untuk jatuh cinta secara utuhpun belum pernah (lagi) hanya sekali. Yaitu 6 tahun yang lalu. Bukan karena gadis itu tidak ada yang suka, namun lebih karena hatinya yang sangat tertutup dan hanya untuk satu orang, yaitu first love-nya.
   Sedikit bodoh memang, bertahun-tahun hanya berdoa, berharap, dan menunggu. Laki-laki itu bukan tidak tahu siapa gadis itu, tapi laki-laki itu tidak tahu harus bagaimana. Setiap ia bertemu dengan gadis itu, mereka berdua seperti tidak kenal satu sama lain. Sang gadis tidak pernah menyerah, iya tidak pernah menyerah untuk berharap.  Itu karena ia berpedoman pada pendapat yang mengatakan “jodoh tidak kemana” that’s right, tapi jodoh tidak pernah datang seperti hujan, yang tiba-tiba datang tanpa diundang. Namun jodoh harus dicari. Ya terlalu cepat kalo hari ini kita berbicara jodoh, hidup bukan hanya untuk menjalin sebuah hubungan dengan manusia, namun dengan Tuhan.
   Sedikit yang bisa aku ceritakan tentang gadis yang selalu mengharapkan laki-laki yang sampai saat ini belum pernah ia ajak bicara sungguh-sungguh  atau paling tidak sebagai teman. Baginya menjadi jodohnya adalah mukjizat plus bonus dari Tuhan. Tapi yang paling penting untuknya dengan siapa ia sekarang, yang terpening ia bahagia, karena kebahagiaan itu adalah cinta yang sesungguhnya.

No comments:

Post a Comment