hmmm... *menarik nafas*
ada hal yang membuat pikiranku tak tenang. hati ini seperti ingin berlari, darah ini seakan-akan bergejolak. sesuatu yang tidak bisa aku lihat, tapi bisa aku rasakan. dia ada, ada didalam hati ini. dia selalu diam, karena dia tak bisa bicara. rasanya sangat bodoh jika semua yang aku "rasa" sirna tanpa jawaban. tak tahu benar atau salah, tepat atau tidak yang pasti ini perasaan yang sangat tidak "layak" .
hatiku ber-metamorfosis menjadi sebuah wujud yang lebih indah, ketik aku lihat dia. ku tatapi wajahnya, ku kagumi dia. indah, hanya itu yang bisa aku katakan setelah melihatmu....
namun semua berubah, ketika "badai" itu datang, ketika semua yang aku hindari kini datang bertubi-tubi. tak heran jika "laron" itu datang begitu saja.
disudut gang kecil, gelap, aku melihat sosokmu. tanpa ragu ku datangi dirimu. tapi mengapa, mengapa semuanya tak seperti dulu. saat "laron" itu datang, aku bagaikan sampah. aku tak ada harganya lagi, aku tak ada artinya dimatamu. seharusnya aku sadar dari awal, jika perasaan ini terlalu tulus. aku yang mencintaimu apa adanya, yang mengasihimu tanpa celah, kini harus merasakan kebusukan dari sebuah "jeritan tragis".
BUSUK..........................
aku tak percaya lagi
aku tak percaya lagi
aku tak percaya lagi
dan aku tak akan mau percaya lagi
aku yang sakit, aku yang menderita, aku yang merasakan kekecewaan. bukan dia! "laron" itu pun tidak pernah bisa merasa, karena memang dia tak salah. ya aku tahu.. seharusnya aku sudahi saja hubungan yang TAK pernah dimulai ini..
ku tutup cerita khayalan ini, aku tak bisa jika harus terus menerus kecewa. aku sakit tapi aku tidak tahu untuk mengobatinya. dan kini aku tahu obatnya.
Aku memang mencintaimu dengan setulus hati, aku memang ingin bisa memilikimu, aku terlalu "gila" berani memilihmu.. sekarang biar aku pergi, biar aku cari dia (yang lain). karena aku sadar, antara kau dan aku masih ada jarak, dan jarak itu adalah perbedaan perasaan kita berdua ....
"jika magnet hanya bisa menyatu dengan BEDA kutub, tak seperti perasaanku, yang justru harus berakhir karena BEDA rasa, dan aku tak pernah menyesali itu. selagi kau bahagia dengan yang lain"
-Putri Ramadhanti-